Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Masa ini penuh dengan romantika dan gejolak. Masa remaja merupakan masa yang paling indah. Akan tetapi di balik itu ada masalah-masalah yang harus dihadapi remaja. Ada kejadian yang sebelumnya belum dialami, baik secara fisik maupun psikologis. Misalnya, secara fisik dengan tumbuhnya bulu-bulu di beberapa bagian tubuhnya, suara berubah, pertumbuhan badan yang pesat dan lain-lain. Sedangkan secara psikologis, ingin bebas dari pengaruh orang tua, menentukan pilihan sendiri dan lain-lain.
Adanya masalah-masalah yang dihadapi remaja bisa menimbulkan renggangnya hubungan atau komunikasi antara remaja dengan orang tua. Hal ini karena orang tua memandang remaja berdasarkan pengalaman dan pikirannya, sementara remaja menjalani kehidupannya berdasarkan dunianya saat ini. Persepsi yang berbeda antara remaja dengan orang tua mengakibatkan sering terjadi bentrokan antara remaja dengan orang tuanya. Akibatnya, tidak betah di rumah. Rumah bukan lagii menjadi tepat yang menenteramkan hati. "Di rumah seperti di neraka," ungkap seorang remaja.
Alasan
Berdasakan hasil wawancara dengan beberapa remaja yang pernah kabur dari rumah, ada beberapa alasan yang dikemukakan.
Alasan lainnya, keinginannya tidak dipenuhi. Sebagaimana kita maklumi, keinginan remaja mulai meningkat sesuai dengan perkembangan zaman. Karena keinginan remaja yang begitu kuat, sering memaksakan kehendaknya kepada orang tuanya. Remaja terkadang tidak mau mengerti kemampuan ekonomi keluarga. Mereka juga acap tak mau mendengar alasan belum waktunya atau kurangnya manfaat dari barang yang akan dibeli. Misalnya, ingin dibelikan motor, handphone, dan sebagainya.
Ada juga remaja yang beralasan kabur dari rumah karena merasa sering disalahkan dan dimarahi orang tua. Ia juga merasa tidak dihargai orang tuanya. Apa yang dilakukannya serbasalah. "Saya pernah dituduh membongkar rumah karena katanya ingin ke luar rumah lewat genting. Padahal yang melakukan itu paman saya," ungkap seorang remaja.
Kemudian, remaja merasa iri terhadap saudara-saudaranya. Apabila kakaknya dibelikan suatu barang, ia merasa diabaikan. Misalnya, tidak dibelikan (handphone) seperti kakak-kakaknya. Di samping itu, orang tua dirasakannya pilih kasih. Lebih memperhatikan saudara lainnya dibandingkan dengan dirinya. "Sepertinya saya ini anak tiri," keluh seorang remaja.
Alasan berikutnya, rumah tidak nyaman dan menyenangkan. Di rumah terasa sumpek. Misalnya, di kamar berantakan terus karena diisi lebih dari satu orang. Selain itu, tidak ada komunikasi yang harmonis. Antara remaja dan orang tua jarang ngobrol, bercanda, bertukar pikiran dan berbagi pengalaman sehari-hari. Apabila bertemu orang tua rasannya tidak enak, kurang akrab dan terasa ada jarak. Dari beberapa alasan tersebut, akhirnya remaja kabur dari rumah. Remaja tidur di rumah temannya beberapa hari tanpa sepengetahuan orang tuanya.
Usaha mengatasi
Masalah kaburnya remaja dari rumah tentu saja tidak bisa dibiarkan. Apabila dibiarkan, akan mengganggu perkembangan remaja dan orang tua jadi resah, gelisah serta khawatir. Oleh karena itu, orang tua harus segera mengambil langkah-langkah untuk mengatasinya.
Pertama-tama
Sebagaimana kita maklumi, masa remaja penuh dengan persoalan yang sebelumnya tidak terbayangkan. Untuk itu, orang tua seyogianya mau mendengar keluhannya. Remaja butuh tempat curhat (curahan hati). Beban batinnya akan tambah berat apabila tidak ada orang yang mau menampung keluhannya. Apabila remaja belum mempunyai pengalaman dalam mengatasi persoalan dan kesedihan. Bukankah kesedihan yang dibagi-bagi akan berkurang?
Remaja mulai ingin bergaya. Segalanya ingin dicoba dan dirasakan, terlepas baik atau tidak. Dalam hal ini orang tua perlu memperhatikan keinginannya dan penuhi kebutuhannya. Memenuhi kebutuhan remaja tentu harus disesuaikan dengan keadaan ekonomi. Di sini orang tua harus memberikan pengertian dan pemahaman bahwa setiap orang tua mempunyai kemampuan yang terbatas.
Kemudian, bina hubungan atau komunikasi yang harmonis di antara anggota keluarga. Remaja mendambakan keluarga yang penuh dengan keakraban, bisa bertukar pikiran dan pengalaman. Kalau ada masalah atau persoalan dalam keluarga bicarakan baik-baik dengan remaja. Dalam hal ini perlu adanya saling pengertian antara orang tua dengam remaja. Hindari sering menyalahkan remaja.
Apabila remaja mencapai suatu prestasi, keberhasilan atau kesuksesan, -sekecil apa pun- orang tua seyogianya memberi penghargaan kepada remaja. Penghargaan atau hadiah bentuknya bisa materi, acungan jempol, kesempatan dan lain-lain. Penghargaan yang diterima remaja akan menimbulkan rasa pede (percaya diri). Pada gilirannya remaja akan merasa betah di rumah karena orang tua mau mengerti atas keberadaannya.
Akhirnya, ciptakan rumah/keluarga yang nyaman dan menyenangkan. Rumah/keluarga yang nyaman dan menyenangkan merupakan lingkungan yang kondusif (mendukung) bagi pertumbuhan dan perkembangan remaja.